Minggu, 26 April 2009

manajemen pengelola perpustakaan sekolah

Materi pertemuan ke 2 FPPSMA/MA kabupaten Temanggung, 17 Januari 2009
Tempat: SMA Islam Kandangan.

oleh: fatkhurrokhman

Banyak anggapan yang menyatakan bahwa perpustakaan sekolah tidak bisa maju adalah karena pengelola perpustakaannya. Anggapan ini jangan menjadikan para pengelola perpustakaan sekolah menjadi berkecil hati atau malahan sakit hati, tetapi justru bisa menjadi refleksi diri untuk menyadari kekurangan dalam jasa pendidikan. Selama ini pengelola perpustakaan sekolah, baik itu tingkat dasar sampai dengan tingkat atas, terkendala oleh ketidakseragaman kompetensi. Bukan karena kompetensi yang rendah tetapi sempitnya ruang atau kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan diri. Contohnya, minimnya pengetahuan yang bisa menunjang kegiatan pengelolaan perpustakaan karena minimnya atau bahkan tidak adanya pelatihan, seminar ataupun kegiatan diskusi yang diikuti. Biasanya sekolah tidak menganggarkan dana untuk mengembangkan kompetensi pengelola perpustakaannya, sehingga pengelola perpustakaan tidak bisa meningkatkan kompetensinya. Akibatnya lahirlah banyak anggapan miring tentang pengelola perpustakaan.

Tidak bisa dipungkiri dengan adanya angaapan tersebut maka pengelola perpustakaan sekolah seringkali diremehkan kemampuannya. Mereka dianggap seperti kebanyakan tenaga administrasi lainnya yang hanya mampu duduk dibelakang meja (the man behind the desk) tanpa mampu memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan. Dengan demikian makin tersudutlah posisi pengelola perpustakaan di sekolah, ibaratnya mau maju dicibir tetapi kalau tidak maju juga dicemooh.

Hal tersebut dapat menyebabkan kurangnya pelayanan sehingga mengakibatkan siswa enggan untuk berkunjung ke perpustakaan. Banyak perpustakaan yang mempunyai banyak buku tetapi administrasinya kurang baik, misalnya saja buku tidak di klasifikasi -kan. Hal ini akan menyulitkan para pembaca untuk mencari sumber buku yang diinginkan. Peran pustakawan sekolah berbeda dengan pustakawan umum. Pustakawan sekolah hendaknya memiliki wawasan kependidikan, yaitu dalam mengelola perpustakaan lebih diarahkan kepada fungsi kependidikan. Pustakawan sekolah tidak hanya mengerjakan tugas "standar" seperti akuisisi, klasifikasi, membuat katalog/kartu indeks, labeling, tetapi juga dapat memahami keinginan pengunjung atau mengerti psikologi siswa.

Oleh karena itu sudah saatnya bagi pengelola perpustakaan sekolah untuk bisa bersikap dinamis. Artinya sebagai pengelola perpustakaan sekolah kita harus terbuka dengan segala perubahan zaman.
1. Selalu meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan perpustakaan sekolah dengan banyak membaca atau mempelajari buku atau bahan ajar yang berkaitan dengan pengelolaan perpustakaan sekolah.
2. Berakrab dengan teknologi seperti perangkat komputer dan internet untuk meningkatkan kepercayaan diri serta tidak menutup kemungkinan untuk belajar memanfaatkan teknologi yang lainnya, macam LCD projector, laptop, kamera digital, dsb.
3. Pengelola perpustakaan adalah agen informasi (information chief officer) sehingga harus bisa menjadikan segala yang berada diperpustakaan itu menjadi informative (berisi informasi berharga) dan menarik (atraktif) bagi siapa saja.
4. Pengelola perpustakaan bukanlah seorang penjaga buku, melainkan adalah partner kolaborasi bagi guru dalam pengajaran di sekolah. Bagaimana mengajarkan siswa dan bahkan juga guru untuk menggunakan dan memanfaatkan semua sumber informasi yang ada diperpustakaan sebagai media pengetahuan dan pembelajaran.

Tidak ada komentar: